67 KAJIAN WACANA KRITIS. Wacana (discourse) merupakan istilah yang dipakai dalam berbagai disip-lin ilmu, mulai dari politik, sosiologi, linguistik, sastra, psikologi sosial, hukum, komunikasi, dan sebagainya. Setiap disiplin ilmu terkadang berbeda dalam kon-sepsi dan pendekatan yang digunakan. Halini dimaksudkan untuk mempertahankan, memperbaiki, dan menyempurnakan proses pembelajaran yang dilaksanakan. penggunaan kata transisi juga sangat besar andilnya dalam menyusun paragraf yang memiliki kepaduan (Rofi’uddin, 1992). seluruh peserta didik diberi tugas menelaah materi pembelajaran bahasa Arab yang sudah diajarkan IG.N. Oka dan Suparno (1994:31) Menurut I.G.N. Oka dan Suparno, Wacana adalah satuan bahasa yang membawa amanat yang lengkap. Sumarlan dan Kawan-kawan (2009:15) Menurut Sumarlan dan Kawan-kawan, Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti ceramah, pidato, dialog dan khotbah atau secara tertulis seperti novel, Playthis game to review World Languages. Bacalah paragraf-paragraf berikut dengan cermat! (1) Pada kegiatan B penulis mendapatkan hasil bahwa ketika beberapa tetes tinta dimasukan kedalam air, tinta akan bercampur air dalam beberapa menit tanpa diaduk. Tinta bercampur dengan air secara keseluruhan. (2) Keindahan Pantai Kuta pun sudah terkenal sejak dahulu. Haliini bertujuan agar kamu dapat menulis teks eksposisi dengan baik. 1. Memilih dan menentukan topik yang akan ditulis. Usahakan kamu memilih dan menentukan topic yang benar-benar kamu kuasai. Hal ini agar kamu tidak kehabisan ide untuk mengembangkannya menjadi sebuah teks yang utuh. 2. Menentukan tujuan penulisan teks eksposisi. Kritiksastra adalah bagian dari ilmu sastra. Istilah lain yang sering digunakan para pengkaji sastra untuk hal yang sama ialah telaah sastra, kajian sastra, analisis sastra, dan penelitian sastra. Istilah-istilah tersebut digunakan untuk menghindari kata kritik yang terkesan negatif, terkesanmenghakimi. OU7Y. Simak inilah kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 Halaman 150. Pada halaman 150 buku Bahasa Indonesia kelas 7 terdapat tugas tentang Menelaah dan Memperbaiki Kepaduan Paragraf. Siswa diharapkan mencoba menjawab sendiri terlebih dahulu dengan bantuan orang tua, sebelum melihat kunci jawaban. Jika sudah, orang tua bisa mencocokkan jawaban yang ditulis anak dengan jawaban di bawah ini. Berikut kunci jawaban soal Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs pada Halaman 150 Menelaah dan Memperbaiki Kepaduan Paragraf Bacalah teks berjudul “Lebah” berikut! Carilah kalimat yang tidak padu pada tiap paragraf! Manakah paragraf yang tidak padu pada teks di atas! Jelaskan alasanmu! Jawaban 1. Paragraf yang tidak padu terletak pada paragraf 1 kalimat ke-3 yakni “Beberapa jenis lebah memiliki sengat yang sebetulnya bersifat fatal bagi.” Dapat dilihat bahwa pada kalimat “bersifat fatal bagi”, memiliki gabungan kata yang tidak padu atau belum lengkap. Seharusnya kalimat tersebut diubah atau diperbaiki menjadi seperti berikut “Beberapa jenis lebah memiliki sengat yang sebetulnya bersifat fatal bagi manusia.” 2. Paragraf yang tidak padu terletak pada paragraf 5 kalimat ke-1 yakni “Memang lebah bermanfaat dalam berbagai bidang.” Seharusnya kalimat tersebut diubah atau diperbaiki menjadi seperti berikut “Lebah bermanfaat dalam berbagai bidang.” * Disclaimer Jawaban di atas hanya digunakan oleh orang tua untuk memandu proses belajar anak. Sebelum melihat kunci jawaban, siswa harus terlebih dahulu menjawabnya sendiri, setelah itu gunakan artikel ini untuk mengoreksi hasil pekerjaan siswa. – Simak inilah daya jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 Halaman 150. Pada halaman 150 resep Bahasa Indonesia kelas 7 terletak tugas tentang Menelaah dan Memperbaiki Kepaduan Gugus kalimat. Siswa diharapkan mencoba menjawab sendiri justru dahulu dengan sambung tangan bani adam lanjut usia, sebelum mengintai daya jawaban. Jika sudah, sosok tua bisa mencocokkan jawaban yang ditulis anak dengan jawaban di bawah ini. Berikut muslihat jawaban soal Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs pada Halaman 150 Tanya dan daya jawaban Bahasa Indonesia Kelas bawah 7 Pekarangan 150. Baca lagi Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs puas Halaman 24 Menelaah dan Menyunting Kepaduan Gugus kalimat Bacalah teks berjudul “Naning” berikut! Carilah kalimat yang bukan padu pada tiap paragraf! Manakah paragraf yang tidak padu pada teks di atas! Jelaskan alasanmu! Baca juga Kiat Jawaban IPS Kelas 9 Halaman 73 Dinamika dan Budaya Penduduk Afrika Jawaban 1. Paragraf yang tak padu terletak plong paragraf 1 kalimat ke-3 yakni “Sejumlah jenis sigenting memiliki sengat nan sebetulnya berwatak fatal bagi.” Dapat dilihat bahwa lega kalimat “berperilaku fatal bagi”, punya gabungan prolog yang tidak padu atau belum konseptual. Seharusnya kalimat tersebut diubah atau diperbaiki menjadi sebagai halnya berikut “Beberapa jenis tabuhan memiliki sengat nan sebetulnya bersifat fatal lakukan sosok.” 2. Paragraf yang tidak padu terletak pada paragraf 5 kalimat ke-1 ialah “Memang lebah berfaedah dalam beraneka ragam bidang.” Seharusnya kalimat tersebut diubah atau diperbaiki menjadi seperti berikut “Lebah bermanfaat internal berbagai ragam permukaan.” * Disclaimer Jawaban di atas hanya digunakan makanya ibu bapak buat memandu proses belajar anak. Sebelum meluluk kunci jawaban, murid harus terlebih dahulu menjawabnya sendiri, setelah itu gunakan kata sandang ini untuk menyunting hasil pencahanan peserta. Source ï»ż- Simak inilah kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 Halaman 150. Pada halaman 150 buku Bahasa Indonesia kelas 7 terdapat tugas tentang Menelaah dan Memperbaiki Kepaduan Paragraf. Siswa diharapkan mencoba menjawab sendiri terlebih dahulu dengan bantuan orang tua, sebelum melihat kunci jawaban. Jika sudah, orang tua bisa mencocokkan jawaban yang ditulis anak dengan jawaban di bawah ini. Berikut kunci jawaban soal Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs pada Halaman 150 Soal dan kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 Halaman 150. Baca juga Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs pada Halaman 24 Menelaah dan Memperbaiki Kepaduan Paragraf Bacalah teks berjudul "Lebah" berikut! Carilah kalimat yang tidak padu pada tiap paragraf! Manakah paragraf yang tidak padu pada teks di atas! Jelaskan alasanmu! Baca juga Kunci Jawaban IPS Kelas 9 Halaman 73 Dinamika dan Budaya Penduduk Afrika Jawaban 1. Paragraf yang tidak padu terletak pada paragraf 1 kalimat ke-3 yakni "Beberapa jenis lebah memiliki sengat yang sebetulnya bersifat fatal bagi." Dapat dilihat bahwa pada kalimat "bersifat fatal bagi", memiliki gabungan kata yang tidak padu atau belum lengkap. Seharusnya kalimat tersebut diubah atau diperbaiki menjadi seperti berikut "Beberapa jenis lebah memiliki sengat yang sebetulnya bersifat fatal bagi manusia." 2. Paragraf yang tidak padu terletak pada paragraf 5 kalimat ke-1 yakni "Memang lebah bermanfaat dalam berbagai bidang." Seharusnya kalimat tersebut diubah atau diperbaiki menjadi seperti berikut "Lebah bermanfaat dalam berbagai bidang." * Disclaimer Jawaban di atas hanya digunakan oleh orang tua untuk memandu proses belajar anak. Sebelum melihat kunci jawaban, siswa harus terlebih dahulu menjawabnya sendiri, setelah itu gunakan artikel ini untuk mengoreksi hasil pekerjaan siswa. Latar Belakang Karangan siswa merupakan hasil pengungkapan ide siswa yang dinyatakan dalam tulisan. Dengan membuat karangan artinya siswa belajar mengembangkan gagasan-gagasan yang dimilikinya. Selain itu, karangan dapat dijadikan tolak ukur kemampuan siswa dalam menulis. Karangan yang dibuat siswa dapat berupa narasi, artikel, puisi, maupun bentuk yang lainnya. Di dalam penulisan karangan tidak luput dari penulisan kalimat dan paragraf. Penulis paragraf harus memenuhi syarat paragraf yang baik agar kualitas karangan tetap baik. Menurut Widjono 2012230, ada syarat dalam penulisan paragraf yang baik yaitu kesatuan, kepaduan, keruntutan, dan kosistensi penggunaan sudut pandang. Berbeda halnya dengan pendapat Pamungkas 201260, “paragraf yang baik terdiri atas kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan”. Dapat disimpulkan bahwa kepaduan koherensi dalam paragraf sangatlah penting untuk pembentukan paragraf yang baik. Penulisan paragraf harus memunculkan satu ide pokok dan tidak boleh lebih. Hal tersebut senada dengan pendapat Widjono 2012230, “setiap paragraf hanya berisi satu pikiran”. Ini menunjukkan apabila suatu paragraf memiliki lebih dari satu ide pokok maka belum dapat dikatakan paragraf yang baik. Ini dapat menyebabkan pembaca bingung dalam memahami maksud penulisnya. Di dalam penulisan paragraf yang baik, tidak luput dari syarat keterpaduan. Baik keterpaduan makna maupun bentuk. Keterpaduan makna atau yang biasa disebut dengan koherensi berfungsi agar suatu paragraf memiliki satu gagasan pokok. Menurut Keraf 200443, “yang dimaksud dengan koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur kata atau kelompok kata yang membentuk kalimat itu”. Koherensi menjadikan sebuah tulisan menjadi mudah dimengerti dan tidak memiliki banyak gagasan pokok dalam satu paragrafnya. Koherensi dianggap penting karena dapat dijadikan tolak ukur suatu kualitas tulisan. Sama halnya dengan pendapat Pamungkas 201260, “bahwa sebuah paragraf bukan semata-mata kumpulan atau tumpukan kalimat-kalimat yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, melainkan dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa koherensi antarkalimat maupun paragraf sangat diperlukan untuk memahami makna tulisan. Dilihat dari pentingnya kepaduan antarkalimat dan paragraf, penulis memiliki pendapat bahwa perlu diadakan pengajaran koherensi agar karangan siswa menjadi baik. Selain itu, memudahkan siswa dalam membuat ide-ide atau mengembangkan gagasan yang dimilikinya menjadi sebuah karangan. Hal ini dapat menjadikan alur penulisan ataupun jalan pikiran siswa tertata dengan baik. Di dalam bukti nyata, ditemukan masih banyaknya karangan siswa yang belum memiliki kepaduan antarkalimat dan paragrafnya. Hal tersebut didukung oleh penelitian Hastuti 2014 yang berjudul “Analisis Ketidakpaduan Karangan Siswa Kelas VII H SMPN 2 Banyudono”. Dalam penelitian yang dilakukan Hastuti, banyak dijumpai karangan siswa yang tidak koheren antarkalimat dalam satu paragraf. Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Prihatin 2013 yang berjudul “Kesalahan di Bidang Kohesi dan Koherensi Serta Penyebabnya Pada Karangan Bahasa Jawa Siswa Smp Kelas VIII Di Kota Pemalang”. Penelitian tersebut membahas kesalahan-kesalahan siswa dalam menulis karangan pada aspek kohesi dan koherensinya. Hanya saja penelitian tersebut berfokus pada karangan berbahasa jawa. Maksud ditulisnya makalah ini adalah sebagai pertimbangan agar pengajaran koherensi diajarkan pada siswa secara utuh sehingga kualitas karangan siswa menjadi lebih baik. Koherensi sangat penting dalam penulisan karangan karena mempengaruhi pemahaman pada pembaca. Apabila koherensi antarkalimat dan paragraf tidak diperhatikan, dapat menyebabkan ketidakpaduan dalam penulisan karangan dan memunculkan banyak gagasan dalam satu paragraf. Rendahnya Mutu Karangan Siswa Akibat Rendahnya Mutu Paragraf Di dalam pembelajaran, siswa seringkali ditugaskan untuk membuat karangan. Hal ini dilakukan agar siswa mampu menulis dan menuangkan ide yang dimilikinya. Siswa biasanya membuat karangan dengan langsung menuangkan ide dalam tulisannya. Mereka kurang memperhatikan hal-hal yang menjadi unsur pembentuk karangan, terutama kepaduan. Hal tersebut jarang diperhatikan siswa karena mereka lebih memperhatikan struktur pembangun ataupun ciri bahasa. Padahal, suatu mutu karangan dapat dinilai melalui kepaduan paragrafnya. Apabila paragraf yang dibuatnya tidak padu dapat memunculkan banyak gagasan dalam satu paragrafnya. Selain itu, Pembahasan yang diinginkan penulis tidak akan tersampaikan dengan baik. Ini menyebabkan maksud penulis dalam menulis karangan sia-sia belaka. Paragraf memiliki peranan penting dalam suatu karangan. Sebelum beranjak ke paragraf hal yang perlu dibenahi terletak pada hubungan antarkalimat. Apabila hubungan antarkalimat sudah baik, maka hubungan antarparagraf pun ikut membaik. Menurut Hastuti 201412, terdapat beberapa kesulitan yang dialami siswa dalam membuat karangan padu. Kesulitan tersebut meliputi Kesulitan dalam menentukan gagasan utama. Kebanyakan dari mereka, kesulitan menentukan gagasan utama yang itu terlihat pada karangan yang telah dibuat sebagian siswa dalam membuat karangan tidak ada gagasan utama. Jadi cerita dalam karangan tersebut dalam satu paragraf menceritakan lebih dari satu kejadian yang dalam karangan itu harus memeiliki satu pokok gagasan utama. Kesulitan Siswa belum memahami bahwa dalam satu paragraf hanya terdiri dari satu kalimat utama dan satu gagasan pokok. Kesulitan siswa belum memahami dalam mengembangkan kalimat utama ke dalam kalimat-kalimat penjelas. Sehingga dalam membuat kalimat-kalimat penjelas sering menyimpang dari kalimat utamannya atau gagasan pokok. Dalam membuat sebuah karangan agar paragraf tetap padu, sebaikna dibuat kerangka karangan terlebih dahulu. Sehingga ketidakpaduan paragraf dapat dihindari. Kesulitan siswa yang dihadapi siswa yaitu kurangnya menguasai kosa kata, atau kosa kata yang dimiliki kurang sehingga dalam membuat karangan tersebut anatara kalimat-kalimatnya menjadi kurang padu. Berdasarkan paparan kesulitan tersebut, dapat diidentifikasi bahwa pengajaran koherensi perlu dilakukan agar kualitas karangan yang dibuat siswa menjadi lebih baik. Disamping itu mengajarkan kepada siswa untuk hati-hati dan memperhatikan cara menulis dengan baik tanpa asal tulis dan tuang gagasan saja. Selain kesulitan, terdapat pula kesalahan-kesalahan penggunaan koherensi pada karangan siswa. Hal ini dikemukakan oleh Prihatin 201336 Kesalahan koherensi berupa kesalahan antarkalimat dan antarparagraf. Kesalahan koherensi antarkalimat meliputi kaitan argumentatif, kaitan alasan tindakan, kaitan alasan sebab akibat, kaitan perumpamaan. Hal lain diluar kaitan semantis yang menyebabkan paragraf tidak koheren adalah kalimat tidak logis, proposisi kalimat lebih dari satu, kalimat belum final, susunan kalimat tidak tepat, gagasan kalimat tidak jelas, gagasan/ ide dalam pargarf lebih dari satu. Kesalahan koherensi antar paragraf adalah adanya hubungan makna antar paragraf yang tidak relevan. Dari paparan diatas, ternyata penggunaan koherensi dalam karangan belum dikuasai oleh siswa. Ini dapat menyebabkan kualitas karangan siswa menurun. Maka perlu adanya pengajaran koherensi yang lebih mendalam agar siswa dapat memahami dan mempraktekkan dalam penulisan karangan sehingga tidak terjadi kesalahan yang sama. Pengajaran Koherensi Antarkalimat Dan Paragraf Berdasarkan paparan sebelumnya, dapat diketahui bahwa menulis kalimat dan paragraf yang koheren tidaklah mudah. Ada macam-macam kesulitan yang dijabarkan pada bagian sebelumnya. Dari kesulitan-kesulitan tersebut perlu adanya evaluasi agar siswa lain tidak mengalami hal yang sama. Selain kesulitan terdapat pula kesalahan yang dilakukan siswa dalam menulis karangan yang koheren. Dengan adanya kesulitan dan kesalahan yang dialami siswa dalam menulis karangan maka perlu adanya evaluasi pada pembelajaran menulis karangan terutama pemahaman koherensi kalimat dan paragraf. Dengan adanya pembelajaran koherensi yang mendalam, dapat meminimalisir kesalahan maupun kesulitan yang dialami siswa dalam menulis karangan. Perlu diketahui bahwa koherensi dapat membuat ide siswa tersampaikan secara jelas dan dapat membuat cara berpikir siswa menjadi terurut dan sistematis. Ini dapat dibuktikan dengan penulisan satu paragraf. Apabila dalam satu paragraf tersebut hanya terdapat satu ide pokok dan penjabarannya dari sebuah kalimat utama maka dapat dinilai cara berpikir siswa terurut. Di dalam koherensi unsur pembentukkan tidak hanya piranti kohesi tetapi ada pula substitusi, repetisi, kata ganti, dan lain-lain. Menurut Rani dkk 2013164, “koherensi sebuah wacana tidak hanya terletak pada adanya piranti kohesi.” Selain itu, koherensi sebuah paragraf dapat tercipta dengan adanya proposisi penataan urutan kalimat dimana kalimat utama sebagai acuan adanya kalimat penjelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Rani dkk 2013166, “syarat terciptanya koherensi wacana, selain penataan urutan kalimat proposisi, bahwa proposisi itu harus positif”. Dengan adanya proposisi pembaca akan mudah menemukan ide pokok yang dimaksud penulis. Berbeda halnya dengan Keraf 200485-91 yang menyatakan bahwa untuk memperoleh kepaduan yang baik dan mesra antar kalimat-kalimatnya harus diperhatikan persyaratan yaitu masalah kebahasaan dan perincian dan urutan isi. Masalah kebahasaan meliputi repetisi, kata ganti, dan kata transisi. Pendapat tersebut mirip dengan pernyataan Widjono 2012232 bahwa keterkaitan kalimat menghasilkan kepaduan paragraf. keterkaitan itu dapat dibangun melalui repetisi, kata ganti, kata transisi, dan bentuk paralel. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengajaran koherensi meliputi. Mengajarkan pengenalan koherensi pada paragraf ataupun kalimat. Hal ini adapat dilakukan dengan menunjukkan contoh-contoh paragraf yang koheren dan tidak koheren. Ini dilakukan guna mengajak siswa membedakan suatu paragraf itu termasuk koheren ataukah tidak. Mengajarkan piranti-piranti koherensi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengenalkan piranti apa sajakah yang dapat membangun kekoherenan baik kalimat maupun paragraf. menurut Widjono 2012232, kepaduan suatu kalimat atau paragraf dapat dibangun melalui repitisi pengulangan kata kunci atau sinonim, kata ganti, kata transisi, dan bentuk parallel. Mengajak siswa membuat satu paragraf dengan satu ide pokok. Hal ini bisa dilakukan dengan kegiatan 5 menit sebelum pelajaran dimulai, siswa diajak membuat paragraf yang koheren. Dengan demikian, siswa akan terbiasa membuat paragraf yang koheren sehingga kualitas karangan siswa menjadi meningkat. Dalam artikel penelitiannya, Prihatin 201337 berpendapat ada hal yang perlu disarankan dalam pengajaran kohesi dan koherensi yang meliputi. Guru perlu membekali pengetahuan kohesi dan koherensi kepada siswa dalam pembelajaran menulis. Diperlukan materi pembelajaran menulis yang dilengkapi sarana kohesi dan koherensi dalam proses pembelajaran menulis. Dipandang perlu adanya penelitian mengenai pengembangan materi ajar, dalam pembelajaran bahasa Jawa khususnya pada pembelajaran menulis dengan menggunakan bahasa jawa. Dipandang perlu untuk melakukan penelitian mengenai model pembelajaran yang tepat untuk pengajaran kohesi dan koherensi dalam pembelajaran mengarang dengan bahasa jawa khususnya. Penutup Pada penulisan karangan, ada beberapa kesulitan yang dialami siswa dalam membentuk kepaduan koherensi baik kalimat maupun paragraf. Salah satunya yaitu kesulitan menentukan gagasan utamanya. Hal ini membuat siswa menjadi sulit mengembangkan ide-idenya dan bercampur aduk menuliskan kalimat penjelas dalam satu paragraf. Selain kesulitan terdapat pula kesalahan yang dialami siswa salah satunya penggunaan proposisi antarkalimat dan hubungan makna yang tidak relevan. Pengajaran koherensi sangat penting diberikan kepada siswa karena hal ini merupakan dasar dalam membentuk suatu paragraf yang baik dan padu. Selain itu, dengan adanya pengajaran koherensi, dapat memperbaiki kualitas karangan siswa yang sebelumnya belum tertata secara sistematis sampai menjadi tertata secara sistematis. Adapun penjelasan langkah-langkah yang dituliskan untuk melatih siswa membuat paragraf yang koheren. Terdapat pula, pendapat yang disampai Prihatin dalam sebuah artikelnya dalam membenahi pembelajaran koherensi. Daftar Rujukan Hastuti, Rika Sari. 2014. Analisis Ketidakpaduan Paragraf pada Karangan Siswa Kelas VII H Smp Negeri 2 Banyudono, Online, diakses 16 November 2015. Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Semarang Bina Putera Pamungkas, Sri. 2012. Bahasa Indonesia dalam berbagai perspektif. Yogyakarta Andi Offset Prihatin, Siti. 2013. Kesalahan bidang kohesi dan koherensi serta penyebabnya pada karangan bahasa jawa siswa SMP kelas VIII di Kota Pemalang. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, online, 2 1 33-37, diakses 17 November 2015. Rani, Abdul., Martutik., Arifin, Bustanul. 2013. Analisis Wacana Tinjauan Deskriptif. Malang Surya Pena Gemilang. Widjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan tinggi. Jakarta Kompas Gramedia Publicidade me-lho-ri-a Melhoria Ă© Uma Palavra Com 4 SĂ­labas e 8 Letras. Separação SilĂĄbica. Separe Outras Palavras em SĂ­labas Conforme a Nova Ortografia. Exemplo pas-sa-tem-po Cruzamento [R] Macrocefalia [R] Frutificar [R] Viação [R] Publicidade SuperfĂ­cie [R] FanerĂłgamo [R] TurĂ­bulo [R] Joia [R] Melena [R] Ciciar [R] Pires [R] Borbulha [R] Publicidade Outras Palavras SĂ­labas de MeliĂĄcea SĂ­labas de Melhorar Lista de Palavras Usadas Neste ExercĂ­cio. PalavraSeparação em SĂ­labas Cruzamentocru-za-men-to Macrocefaliama-cro-ce-fa-li-a Frutificarfru-ti-fi-car Viaçãovi-a-ção SuperfĂ­ciesu-per-fĂ­-ci-e FanerĂłgamofa-ne-rĂł-ga-mo TurĂ­bulotu-rĂ­-bu-lo Joiajoi-a Melename-le-na Ciciarci-ci-ar Pirespi-res Borbulhabor-bu-lha

menelaah dan memperbaiki kepaduan paragraf